E-Mading (Elektronik Majalah dinding),
Wahana penyampaian informasi dan kreasi siswa
Oleh : Iman Sofyani
Abstrak : Upaya-upaya untuk meningkatkan minat baca telah sering dilakukan dengan berbagai cara mulai dengan himbauan yang disampaikan pada seminar dan forum diskusi hingga pembentukan lembaga yang khusus mendongkrak minat baca. Upaya lain dengan pemenuhan bahan bacaan dan sarana perpustakaan, tetap saja belum dapat meningkatkan minat baca siswa. Kesibukan siswa dan ketersedian waktu yang terbatas untuk membaca menjadi alasan lain lemahnya kemampuan membaca. Solusi alternative untuk membiasakan siswa untuk membaca adalah menarik perhatian siswa melalui media E-Mading, majalah dinding multi media, yang diisi dengan informasi, hasil karya, berita dan sajian audio-visual.
Kata kunci : minat baca, solusi alternatif, majalah dinding elektronik.
1. Pendahuluan
Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan membaca anak-anak kita tergolong rendah adalah karena ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan terkait dengan perpustakaan yang kurang memadai. Untuk dapat membaca anak-anak memerlukan bahan bacaan yang cukup dan bermutu disamping tempat yang memadai baik untuk membaca maupun untuk menyimpan koleksi. Faktor lain yang menghambat kegiatan siswa untuk mau membaca adalah kurikulum yang tidak secara tegas mencantumkan kegiatan membaca dalam suatu bagian dari salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusannya. Tenaga kependidikan baik sebagai guru, dosen maupun para pustakawan kurang sekali memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah ilmu pengetahuan, melatih berpikir kritis, menganalisis persoalan, dan prasyarat yang paling penting untuk dapat menulis. Seharusnya membaca dibiasakan sejak siswa berada dalam usia dini, anak perlu dikenalkan dengan dunia membaca dan menuliskan sesuatu. Wilayah ingatan mereka akan merekam isi bacaan apa pun yang disampaikan orang tuanya dalam gaya cerita. Pada tahap selanjutnya ketika memasuki usia prasekolah kebiasaan ini terus diperkuat tanpa harus merampas dunia permainan yang sedang dilaluinya. Pembiasaan membaca dan menulis pada usia dini akan menjadi indikator minat baca pada usia selanjutnya, kebiasaan ini akan mendorong untuk terus mendapatkan informasi baru dari kegiatan membaca dan pada tahap yang lebih tinggi, membaca menjadi salah satu strategi utama dalam memecahkan dan mencari solusi dari segala persoalan yang dihadapinya. Pada sebagian siswa yang tentunya sangat tidak terbiasa, kegiatan membaca akan sangat mengganggu dan membebani. Membaca menjadi kegiatan eksklusif yang sama sulitnya dengan keseluruhan kegiatan pembelajaran. Kelemahan dalam kemampuan membaca akan terlihat pada penampilan kemampuan akademik pada seluruh mata pelajaran terutama pada mata pelajaran yang mengandalkan penilaian pada ranah kognitif.
Dalam Kurikulum 2006 seperti juga kurikulum 2004 sebelumnya, keberhasilan pembelajaran ditampilkan dalam kesatuan utuh yaitu berupa kompetensi-kompetensi yang didalamnya terkandung kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Salah satu bentuk penilaian yang komprehensif dilakukan dengan penilaian portofolio. Penilaian ini total memperlihatkan kinerja dan perkembangan kemampuan akademik siswa selama mengikuti suatu program pembelajaran. Komponen utama dalam penilaian ini adalah hasil karya, proyek, tugas-tugas dan catatan perkembangannya. Walau tidak secara eksplisit terlihat hubungannya antara kemampuan membaca dengan kualitas karyanya, namun siswa yang memiliki literarur yang minimal, wawasan yang kurang sering kali memperlihatkan karya yang sangat tidak sesuai dengan kemampuan seharusnya. Perubahan dalam memperbaiki dan meningkatkan minat baca bagi siswa yang sudah terbiasa dengan pembelajaran tanpa membaca dilakukan secara terus menerus dengan berbagai program. Sekolah sendiri mengeluarkan kebijakan yang mendukung terhadap pencapaian peningkatan minat baca. Diantaranya mengusahakan penyediaan bahan bacaan yang sesuai dengan karakteristik siswa, visi dan misi sekolah, pengembangan perpustakaan dan peningkatan kemampuan tenaga perpustakaan dan penyertaan siswa dalam berbagai lomba yang berkaitan dengan kamampuan membaca dan menulis. Kebijakan yang terkait langsung dengan pembinaan siswa dan mata pelajaran bahasa adalah seperti diwadahinya kegiatan ekstrakurikuler kebahasaan dan penyediaan sarana majalah dinding (mading) sekolah. Namun demikian dari tahun ketahun jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan dan hasil karya siswa yang terkait dengan kompetensi kebahasaaan tidak semakin bertambah.
Fakta lain yang berhubungan dengan sedikitnya jumlah kunjungan siswa ke perpustakaan adalah terbatasnya waktu yang dimiliki siswa di sekolah untuk membaca diluar kegiatan pembelajaran, waktu istirahat/jeda pembelajaran yang sangat sempit, jumlah mata pelajaran yang sangat banyak, menyita sebagaian besar waktu yang dimiliki siswa. Kegiatan sore yang sering dilaksanakan di sekolah, lebih banyak pada kegiatan ekstrakurikuler yang tidak kurang-kurang melelahkan. Pendekatan alternative untuk keluar dari lingkaran ini adalah mendekatkan perpustakaan atau sumber bacaan atau sumber informasi pada kebiasaan dan kurangnya waktu luang yang dimiliki siswa. Metodanya adalah menyediakan majalah dinding ditempat-tempat dimana siswa berkumpul, beraktivitas dan tempat-tempat yang sangat mungkin siswa untuk melihatnya setiap saat. Tempat strategis itu bisa di kantin, masjid, koridor atau lorong tempat siswa keluar dan masuk ke sekolah, aula dan tempat olah raga, tempat upacara, lapangan parker atau tempat lain yang biasa didatangi siswa pada saat luang. Majalah dinding konvensional untuk kepentingan seperti ini tidak memadai, model yang disarankan adalah model majalah dinding elektronik (E-Mading).
2. Efektivitas media
Majalah dinding sebagai media memiliki fungsi sebagai sarana/alat atau tempat suatu informasi disebarluaskan. Pada majalah dinding kita bisa menampilkan karya siswa dalam bentuk tulisan, gambar, hasta karya dan foto dalam formasi yang statis. Kuantitas dan frekuensi tampilannya sangat ditentukan pengelola majalah dinding. Untuk menampung sejumlah karya siswa dalam waktu yang singkat agar dapat ditampilkan secara keselurahan sangat bergantung pada ketersediaan majalah dinding di sekolah masing-masing. Pengarsipan hasil karya dan secara keseluruhan manajemen penerbitan suatu majalah dinding harus pula menjadi tanggung jawab pengelolanya. Secara teknis factor-faktor tadi mempengaruhi kualitas majalah dinding dan efektifitas media dalam fungsinya sebagai penyebar informasi.
Adakalanya sebagaian informasi formal yang dimiliki sekolah ditempatkan pada media ini, artinya sekolah memanfaatkan fungsi majalah dinding sebagai media penyebaran informasi. Majalah dinding lebih sering didatangi siswa, karena menyimpan dan menampilkan informasi yang actual dan cakupan yang sesuai dengan kebanyakan siswa. Topik-topik hangat, gambar-gambar yang bebas dan lugas, kreasi yang tidak terikat dengan rutinitas sekolah menjadi daya tarik yang kuat bagi siswa untuk membacanya. Dengan tampilan yang seperti ini siswa tidak perlu waktu khusus untuk membaca dan juga tidak perlu prosedur khusus untuk mendapatkan informasi dari media ini. Tulisan ilmiah popular dan bahkan sangat teknis sekalipun dapat disajikan secara fleksibel dengan gaya dan pendekatan yang berpihak pada kesenangan siswa dalam memperoleh informasi. Di luar lingkungan sekolah, siswa setiap saat menkonsumsi informasi dengan cara-cara yang sangat beragam. Media yang menyediakan informasi itu tidak terbatas pada media cetak seperti majalah dan surat kabar saja, tetapi juga media elektronik seperti radio, televisi, telepon seluler dan internet. Modus penyajian dan penyebarluasan informasi yang menjadi trend dari semua itu adalah kemudahan pengaksesan informasi, topik-topik aktual, singkat, padat langsung pada pokok informasi dan tingginya tingkat interaksi antara penyedia informasi dengan penerima informasi.
Penyebarluasan dengan menggunakan piranti multi media dapat menjangkau kalangan yang lebih luas, cepat dan actual turut meningkatkan efektifitas penyebarluasan informasi. Kecenderungan penggunaan media elektronik (multi media) dan efektifitas yang tinggi dalam penyampaian informasi menjadi alasan bagaimana suatu informasi dan ilmu pengetahuan dapat disebarluaskan. Dalam konteks seperti ini media telah memiliki kekuatan untuk menggiring dan merubah kebiasaan manusia dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan secara umum. Perpustakaan yang selama ini pasif menyediakan bahan bacaan sudah harus lebih proaktif menyajikan ilmu dan pengetahuan melalui media elektronik seperti media audio-visual, dalam kepentingannya mendorong siswa untuk membaca dan memperoleh pengetahuan. Tentunya fungsi awal perpustakaan tidak menjadi berubah, majalah dinding hanyalah salah satu pendekatan agar sumber yang selama ini kurang diakses, dapat sebarluaskan dan dapat diambil manfaatnya oleh banyak pihak khususnya siswa. Disamping itu media inipun dapat dijadikan sarana yang ampuh bagi sekolah untuk menyampaikan informasi pada semua siswa dengan sangat mudah dan berdaya guna.
3. E-Mading, Majalah dinding multi media
Terminologi “E” pada E-Mail, E-Learning, E-Library dan sejenisnya memiliki arti elektronik. “E-Mail” artinya surat elektronik yaitu surat berupa dokumen bisa tulisan, gambar, foto dan gabungan ketiganya disalin dan dirubah kedalam kode-kode digital untuk kemudian ditransmisikan dalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Penerima pesan merubah sinyal listrik digital kedalam dokumen seperti asalnya. E-Mading dalam tulisan ini memiliki makna majalah dinding yang disajikan dengan menggunakan media elektronik berupa console yaitu monitor. Jenis monitornya adalah CRT (cathode rays tube seperti pesawa TV konvensional) dan LCD (Liquid crystal display seperti layar monitor pada computer laptop, note book dan sejenisnya). Penampil yang ideal adalah monitor LCD dengan layar yang memiliki ukuran besar. Data dan informasi yang akan ditampilkan diolah dalam sebuah computer, dengan monitor yang berlaku sebagai media keluaran. Informasi yang ditampilkan menjadi tidak terbatas pada teks, gambar dan foto saja tetapi dapat berupa slide dinamis, sajian gambar hidup lengkap dengan suaranya disamping teks-teks yang interaktif.
Model penanganan E-Mading dapat mengikuti gambar berikut ini,
Gb.1 Model model penangan E-Mading
Model pertama strukturnya sama dengan struktur rangkaian system computer, yaitu sebuah cpu dan sebuah monitor yang dihubungkan dengan kabel data khusus yaitu kabel yang menghubungkan cpu dengan monitor dengan panjang yang disesuaikan dengan jarak antara cpu dengan monitornya. Pada model kedua keluaran dari cpu sebelum diumpankan pada monitor terlebih dahulu diperkuat dan dibagi sinyalnya (splitter) agar dapat menyuplai lebih dari satu buah monitor. Model ketiga adalah model yang disarankan, dimana sinyal keluaran dari cpu dimodulasikan dengan sinyal pembawa untuk kemudian dipancarkan. Pemancaran berdaya rendah akan diterima dibeberapa tempat sekitar sekolah dengan bantuan pesawat penerima untuk kemudian didemodulasikan dengan hasil keluaran diteruskan pada monitor.
4. Pengolahan data
Perbedaan yang paling menonjol dari majalah dinding konvensional dengan E-Mading terletak pada bagaimana karya itu ditampilkan, maka walaupun isinya sama tetapi sajian, kesan dan nuansanya akan sangat berbeda. Tampilan pada E-Mading dapat berupa file audio-visual. Hasil karya berupa gambar dapat dipindahkan ke computer melalui alat pemindai (scanner) begitu juga foto atau karya tiga dimensi lainnya. E-Mading akan tampil seperti papan iklan interaktif (billboard berupa display dengan gambar hidup).Topik yang beragam dapat diuntai dalam sebuah cerita (story board) sebanyak karya yang akan ditampilkan. Tampilan dengan durasi tertentu terus diputar berulang-ulang dan dapat pula diisi dengan sisipan berupa pesan, informasi, berita atau sajian music dan film yang tujuannya menarik sebanyak-banyaknya perhatian siswa sebagai pemerhatinya.Data yang akan ditampilkan sebelumnya diolah dengan perangkat lunak aplikasi pengolah kata, pengolah gambar, pengolah file audio-visual, animasi dan perangkat lunak utilitas yang akan meningkatkan kualitas tampilan. Semua data yang ditangani dapat disimpan untuk kemudian dapat dipergunakan kembali atau dicetak dalam bentuk bulletin, brosur, pamflete dan bentuk lain sesuai dengan kebutuhan.
5. Kesimpulan
Aspek komputasi yang menyajikan suatu karya menjadi lebih menarik dapat memotivasi siswa untuk membaca dan memahami suatu karya yang kemudian dapat merangsang siswa untuk menghasilkan karya yang serupa atau bahkan lebih baik. Selain karya siswa yang berkaitan dengan kebahasaan, mading dapat pula menjadi sarana penyebaran informasi, berita dan sejenisnya. Dengan media seperti ini informasi dapat setiap saat diperbaharui. Fungsi yang lain yang mendukung pembelajaran adalah bahwa tulisan-tulisan pada mading dapat berupa materi ajar, artikel ilmiah, forum diskusi tertulis dan bentuk-bentuk lain yang tidak terbatas.
Pustaka Acuan
Ahmad Bukhori. 205, Menciptakan generasi literat, Bandung; Pikiran Rakyat
Burhanudin Tola. 2007, Manajemen sekolah berbasis perubahan kurikulum, Jakarta; Pusat Pengujian Balitbang
Dally H. Dadang. 2005, Strategi Dinas Pendidikan, Dalam Meningkatkan Budaya Baca Masyarakat, Bandung ; Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Jawa Barat.
Muh. Muslih. 2003, Budaya membaca masih diawang-awang, Jakarta; Suara Merdeka
Yudhanto Yudha. 2007, Menggagas perpustakaan digital, Jakarta; http://www.IlmuKomputer.com
Display-nya mahal ………….sekolah mana mau beli !